Minggu, 15 Mei 2011

karya tulis sulastri

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kebisingan jalan raya merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Salah satunya yaitu di kota Palembang. Sumber bising yang ada di kota palembang antara lain berasal dari aktivitas kendaraan dijalan raya. Pada kawasan yang memiliki fasilitas yang lebih sensitif seperti sekolah, tingkat kebisingan  yang tinggi dapat mengganggu kinerja fasilitas, terutama sekolah yang berada didekat jalan raya. Salah satu sekolah yang berada di dekat jalan raya yaitu SMP Negeri 15 Palembang, yang berjarak sekitar 12 meter dari tepi jalan. Menurut pengukuran terdahulu yang dilakukan penulis, tingkat kebisingan di depan SMP Negeri 15 Palembang mencapai 70-80 dB.
Sumber bising jalan raya  antara lain berasal dari kendaraan bermotor, truk, bis kota, angkot, maupun kendaraan mobil lainnya, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan, maupun dari mesin kendaraan itu sendiri. Selain itu SMP Negeri 15 terletak pada akses jalan menuju tempat sarana umum, seperti rumah sakit Muhammadiyah, Puskesmas Pembina serta sarana pendidikan lainnya seperti Universitas maupun Sekolah. Hal ini menyebabkan frekuensi arus jalan raya meningkat pada jam-jam tertentu, dan suara yang dihasilkan akibat aktivitas kendaraan tersebut dapat berakibat bisingnya ruangan kelas IX.5.
Lingkungan belajar yang tenang adalah kebutuhan dasar dalam pendidikan. Bukan hanya untuk murid. Ruang kelas yang bising menyebabkan para guru harus berteriak ketika mengajar. Ini akan menyebabkan keluhan kesehatan seperti suara yang lelah, serak, bahkan menyebabkan stres (Djunaedy :  2003).
Menurut Wardhana (2004), Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia. Menurut teori fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal dari suatu sumber bunyi.

Apabila syaraf pendengaran tidak menghendaki rangsangan tersebut maka bunyi tersebut dinamakan sebagai suatu kebisingan. Kebisingan merupakan dampak yang dapat menimbulkan pengaruh negatif yang mau tidak mau harus diterima oleh masyarakat di sekitar lokasi sumber bising.
Proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh adanya faktor internal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut Permenkes RI No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, baku tingkat kebisingan pada zona pendidikan adalah minimum yang dianjurkan sebesar 45 dB, dan maksimum yang diperbolehkan sebesar 55 dB. Dampak kebisingan pada 55-65 dB terhadap proses belajar antara lain gangguan berdengung ditelinga/kepala, gangguan komunikasi, konsentrasi dan menimbulkan rasa kesal (emosi) (Wulandari : 2007).
Kondisi tersebut diatas merupakan faktor eksternal yang dapat berdampak yaitu gangguan pada proses belajar siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang. hal ini disebabkan karena kelas tersebut berjarak sekitar 12 meter dari tepi jalan raya, dan potensi masuknya sumber bising jalan raya cukup besar, walaupun sudah terdapat barrier berupa pohon yang ditanam di depan sekolah.

B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, apakah ada dampak kebisingan jalan raya terhadap gangguan proses belajar siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang?

C.    Tujuan Penelitian
1.                                                                              Untuk mengetahui tingkat kebisingan ruang kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang..
2.      Untuk mengetahui dampak kebisingan jalan raya terhadap gangguan proses belajar mengajar siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang.



D.    Batasan Masalah
Di dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup penelitian mengenai dampak kebisingan jalan raya terhadap gangguan proses belajar siswa  kelas.IX.5 SMP Negeri 15 Palembang.
1.      Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada hari dan jam belajar  sekolah, dimulai pukul 09-10.00 wib
2.      Objek penelitian ini hanya pada siswa kelas IX.5. dan gangguan pada proses belajar mengajar hanya terbatas pada gangguan  konsentrasi, komunikasi, dan berdengung ditelinga/kepala.

E.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta menerapkan keterampilan yang dimiliki peneliti dan hasilnya bisa dimanfaatkan oleh instansi terkait.
2.      Bagi Instansi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat kebisingan dalam upaya pengembangan ilmu dibidang pencemaran lingkungan fisik. Serta menambah referensi perpustakaan.
3.      Bagi Instansi Pemerintah
a).   Sebagai gambaran  bagi pemerintah daerah tentang kondisi kebisingan jalan raya di ruang kelas IX.5  SMP Negeri 15 Palembang.
b).  Sebagai masukan bagi pihak sekolah dalam manajemen perbaikan ruangan kelas IX.5 guna mereduksi bising yang bersumber dari jalan raya, untuk meningkatkan proses belajar.








F.     Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui keseluruhan isi dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka disusun menurut sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I         :   PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II        :   TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan tinjauan kepustakaan sebagai dasar teori yang dan diharapkan dapat mendukung penelitian.
BAB III      :   GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum SMP Negeri 15 Palembang yang dijadikan objek penelitian dan metodologi yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
BAB IV        : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V        :   KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menggambarkan kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA




A.    Pengertian  Kebisingan
Timbulnya bising disebabkan oleh bunyi yang berasal dari sumbernya. Bunyi adalah arus energi yang berbentuk gelombang dan mempunyai tekanan. Bunyi dijalarkan melalui medium padat, cair atau gas. Gelombang bunyi sampai ketelinga atau alat pendengaran manusia berupa rangsangan-rangsangan yang dapat didengar, apabila bunyi tersebut tidak diinginkan maka dinyatakan sebagai kebisingan (Mukono : 2006).
Definisi kebisingan menurut KepMenLH No. 48 Tahun 1996,  Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu lingkungan (Ricki : 2005).
Sedangkan kebisingan menurut Salter (1976), dalam mukono (2006), Jumlah sumber bunyi bertambah secara teratur dilingkungan sekitar, dan ketika bunyi menjadi tidak diinginkan maka bunyi ini disebut kebisingan. Berdasarkan Permenkes No.718/Men.Kes/ Per/XI 1987, yang disebut kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan (Mukono : 2006).

B.     Jenis Kebisingan
Menurut Buchari (2007), berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas  :
1.  Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk Periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya kipas angin.
2.  Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3.  Bising terputus-putus (intermitten). Bising disini tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas.
Menurut Magrad (1982), sebagaimana dikemukakan oleh Wulandari (2005), Bunyi lalu lintas adalah bunyi yang tidak konstan tingkat suaranya. Tingkat gangguan bising dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, kekerapan kehadirannya dalam satu satuan waktu, serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya. Bising lalu lintas ditimbulkan oleh bising yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Dimana bising kendaraan bermotor itu sendiri bersumber dari mesin kendaraan, bunyi pembuangan kendaraan, serta bunyi yang dihasilkan oleh interaksi antara roda dengan jalan. Truk  (kendaraan berat, termasuk bus) dan mobil merupakan sumber bising utama di jalan raya. (Wulandari : 2005).
Mobil (kendaraan ringan) pada umumnya relatif tidak bising, tetapi karena jumlahnya yang banyak maka kebisingan yang dihasilkan menjadi cukup besar. Sumber bising utama dari mobil adalah bunyi pembakaran mesin serta bunyi gesekan antara ban dengan lapisan perkerasan jalan raya. Pada saat mesin mobil dinyalakan serta saat melakukan percepatan maksimum, bising terutama dihasilkan oleh bunyi mesin, sedangkan saat mobil melaju dengan kecepatan ringgi, sumber bising terbesar adalah bunyi gesekan roda dan perkerasan jalan.
4.  Bising Impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya suara tembakan,ledakan mercon, meriam.
5.  Bising Impulsif Berulang. Sama dengan implusif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin Tempa.

C.    Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusi
Menurut Sulaksmono (1985) sebagaimana dikemukakan oleh Hidayati (2007), secara garis besar pengaruh bising pada manusia dibagi dua :
  1. Pengaruh pada pendengaran, antara lain :
a.       Kenaikan ambang pendengaran yang menyebabkan berkurangnya daya pendengaran secara sementara (temporary hearing loss). Apabila seseorang memasuki tempat yang bising, gangguan hanya terasa diawal saja tetapi lama kelamaan kebisingan tersebut tidak lagi terasa sebagai suatu gangguan. Adaptasi ini terjadi secara otomatis dengan menaikkan ambang pendengaran.
Karena organ tubuh manusia sangat toleran maka sepintas terlihat bahwa kebisingan dapat diatasi dengan mudah. Jadi seseorang yang berada ditempat bising akan mendengar suara yang terasa tidak sekeras semula. Setelah orang tersebut keluar dari tempat bising tersebut baru akan terasa bahwa kemampuan pendengarannya telah berkurang. Kemampuan pendengaran pada umumnya dapat pulih seperti semula dalam waktu beberapa menit sampai beberapa minggu tergantung dari lamanya orang tersebut berada di tempat bising tersebut, besar tingkat bising yang diterima dan kerentanan individu tersebut. Keadaan tersebut dikenal dengan sebutan kehilangan pendengaran sementara (temporary hearing loss).
  1. Kenaikan ambang pendengaran yang menyebabkan berkurangnya daya pendengaran secara permanen (permanent hearing loss). Apabila seseorang mendengar kebisingan  yang tinggi dan berulang dalam waktu lama (10-15 tahun) maka akan terjadi penurunan ambang pendengaran yang bersifat tetap (permanent hearing loss). Pada umumnya perubahan ambang pendengaran yang bersifat tetap ini merupakan efek gabungan dari kebisingan yang didengar dan proses penuaan dari orang yang bersangkutan ( Buchari : 2007 ).

  1. Pengaruh pada hal-hal lain
a.      Gangguan Percakapan
Percakapan yang dilakukan ditempat yang bising akan mengganggu daya tangkap percakapan. Apabila kebisingan berupa impulsive noise, maka daya tangkap kata-kata dapat ditingkatkan dengan cara mengulang-ulang kata-kata. Tetapi ditempat dengan kebisingan kontinyu, daya tangkap dari kata-kata tidak dapat ditingkatkan dengan mengulang kata-kata, hanya dapat dengan mengeraskan suara, karena bunyi pembicaraan baru dapat terdengar apabila lebih besar 10 dB dari pada tingkat kebisingan yang terjadi.

b.      Gangguan Tidur
Kebisingan gangguan tidur tidak akan terjadi jika bising berada dibawah 35 dB. Bila tingkat bising mencapai 40 dB kemungkinan terbangun adalah 5% dan meningkat menjadi 30% pada 70 dB, serta menjadi 100% pada saat bising mencapai 100 dB keatas ( Buchari : 2007).
c.      Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kebisingan antara lain : ketegangan otot, penyempitan pembuluh darah, kenaikan tekanan darah, meningkatnya debaran jantung, mual, pusing, dan muntah bila suara mencapai lebih dari 130 dB. Selain itu bising juga dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, penurunan kecermatan dalam pekerjaan, gangguan konsentrasi dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada manusia (Buchari : 2007).
d.     Gangguan Terhadap Proses Belajar
Menurut Kids (1998) dan Cit Geary (1998), dalam penelitian Purnanta (2005), menyatakan bahwa kebisingan berdampak pada proses belajar mengajar disekolah, yaitu pada kemampuan membaca, dan komunikasi. Kebisingan antara 55-65 dB, berdampak terhadap kesehatan jasmani siswa. Berupa gangguan komunikasi belajar, terdengar suara nyaring atau berdengung dikepala/telinga selama beberapa jam setelah meninggalkan lingkungan kelas yang bising. Sedangkan menurut Purnanta (2005), rata-rata bising sebesar 57 dB di kelas, berdampak terhadap tingkat konsentrasi belajar siswa.












TABEL 1
JENIS-JENIS DARI AKIBAT KEBISINGAN
Tipe
Uraian
Akibat lahiriah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan
Akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
Akibat psikologis
Gangguan emosional
Kejengkelan, kebingungan
Gangguan
gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.

Sumber : (Buchari: 2007)



D.    Baku Tingkat Kebisingan
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan dan atau membahayakan kesehatan (Mukono : 2006).
Dalam menentukan efek kebisingan terhadap kesehatan,  menurut  Permenkes No.718/ Men.Kes/Per/ XI /987, baku tingkat kebisingan dibedakan beberapa zona dimana kebisingan akan memberikan efek pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan. Permenkes tersebut menyebutkan ada 4 zona, yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :



TABEL 2
BAKU TINGKAT KEBISINGAN (NILAI AMBANG BATAS, NAB) PERUNTUKAN
4 ZONA (PERMENKES NO.718/MEN.KES/PER/XI/1987)


No
ZONA
TINGKAT KEBISINGAN dB
Minimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
1
Zona A


1. Tempat penelitian
35
45
2. Rumah sakit
35
45
3.Tempat perawatan kesehatan/ sosial dan sejenisnya
35
45
2
Zona B



1. Perumahan
45
55

2. Tempat Pendidikan
45
55

3. Tempat Rekreasi dan Sejenisnya
45
55
3
Zona C



1. Perkantoran
50
60

2. Pertokoan
50
60

3. Perdagangan
50
60

4. Pasar dan Sejenisnya
50
60
4
Zona D



1. Industri
60
70

2. Pabrik
60
70

3. Stasiun Kereta Api
60
70

4. Terminal dan Sejenisnya
60
70

   Sumber : (Mukono : 2006).


E.     Pengendalian Kebisingan
Secara garis besar strategi pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen (Hidayati : 2007), yaitu :
1.  Pengendalian Terhadap Sumber Bising
Cara yang paling tepat untuk mengurangi kebisingan adalah dengan mengontrol sumber bisingnya. Untuk pengontrolan bising lalu lintas, ada beberapa cara yang dapat  dilakukan seperti membuat undang-undang/peraturan mengenai batasan kebisingan yang boleh dihasilkan oleh kendaraan bemotor, modifikasi komponen-komponen kendaraan yang menghasilkan bising (seperti knalpot, ban, memasang pelapis akustik pada mesin), modifikasi disain jalan raya, dan modifikasi-modifikasi lain yang diharapkan dapat mengurangi kebisingan sebesar 4 sampai 5 dB.
2.  Pengendalian Terhadap Jalur Bising
Pengendalian bising dapat juga dilakukan dengan memblokir jalur yang dilalui oleh suara bising. Pemblokiran jalur kebisingan dapat berupa pembuatan rintangan (barrier) (seperti gundukan tanah, tembok, pohon, tumbuh-tumbuhan), pembentukan shadow zone/buffer zone. Shadow zone adalah area dimana tingkat suara mengalami pengurangan akibat adanya penghalang), dan dengan penggandaan jarak. Bila suatu sumber suara berupa sumber titik (point source) maka dengan adanya penggandaan jarak, nilai tingkat kebisingan berkurang ± 6 dB dan akan berkurang 3 sampai 4,5 dB bila merupakan sumber garis (line source).
3.  PengendalianTerhadap Penerima Bising
Strategi pengendalian terhadap penerima bising yang dapat dilakukan antara lain melalui perencanaan tata guna lahan, disain bangunan yang dapat mengurangi penerimaan bising (misalnya dengan memberikan lapisan peredam suara pada bangunan dan menggunakan bahan bangunan yang dapat meredam suara), meningkatkan pengertian dan pemahaman pihak sekolah terhadap pengendalian kebisingan, memberikan kompensasi terhadap penerima bising, dan membuat peraturan-peraturan pengendalian kebisingan (Hidayati : 2007).
Alternatif cara pengendalian bising terbaik adalah dengan mengubah ketinggian jalan, yaitu dengan menaikkan atau menurunkan permukaan jalan, serta memberikan penghalang (barrier). Cara ini merupakan alternatif yang terbaik karena meliputi ketiga elemen penyebab kebisingan yaitu sumber bising, jalur bising dan penerima bising dengan menggunakan alternatif ini, suara dari sumber kebisingan akan langsung mengalami pengurangan karena terhalang oleh penghalang. Sedangkan adanya beda tinggi akan membentuk shadow zone yang memblokir jalur suara, sehingga pada akhirnya menyebabkan berkurangnya bising yang tiba pada penerima.

F.         Proses Belajar
Pengertian Belajar
Belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut pendapat lain belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang bersifat permanen (http ://Lecture.Brawijaya.ac.id). Istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru, dan lain-lain (Slameto : 2003). Dari uraian beberapa pendapat diatas maka dapat dirumuskan definisi belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan tingkah laku yang bersifat menetap (http ://Whandi.net).

G.        Prosedur Kerja (Depkes RI, Ditjen PPM & PLP, 1997).
  1. Alat yaitu sound level meter type 2700
  2. Cara kerja penggunaan alat
1)      Persiapan
a)      Cek baterai dengan cara menekan tombol baterai check, bila baterai lemah segera ganti dengan baterai yang baru.
b)      Kalibrasi Alat
Hubungkan alat dengan kalibrator, Hidupkan alat dengan menggeser tombol on/off, Geser switch range ke posisi 80 – 120 dB, Hidupkan kalibrator, Lihat angka yang ditampilkan pada display harus menunjukkan 114 dB (± 2 dB), Apabila belum mencapai 114 dB putar sorew ADJ sampai dihasilkan angka 114 dB.
c)      Setting alat
·         Weighting : A
·         Respons     : Slow
·         Mode         : SPL
·         Range        : Tergantung dari tinggi rendahnya sumber suara yang diukur
2)      Pelaksanaan
a)      Tentukan posisi sampling sebagai berikut
Jarak alat minimal 2 – 3 m dari dinding tembok.
b)      Hidupkan alat
c)      Perubahan angka yang muncul pada display setiap 4 – 10 detik
d)     Setelah selesai matikan peralatan dengan menggeser swich ke arah off.











BAB III
GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN




A.    Gambaran Umum
SMP Negeri 15 Palembang didirikan pada tahun 1972, yang terletak di Jalan A. Yani Seberang Ulu Palembang. SMP Negeri 15 Palembang memiliki 19 kelas, dengan frekuensi masuk pagi dan siang hari. Luas bangunan 1.251,9 m2 yang berdiri diatas area seluas 2034 m2. Jumlah siswa sebanyak 737 siswa. Ukuran luas kelas yang ditempati 9 x 7 m2 dengan konstruksi permanen, Jumlah murid  kelas IX.5 yaitu sebanyak 40 orang. Pada saat proses belajar mengajar SMP Negeri 15 tidak menyediakan alat pengeras suara sebagai alat bantu mengajar.
Bentuk bangunan SMP memiliki sejumlah jendela yang berfungsi sebagai ventilasi udara, terdapat juga halaman yang berfungsi sebagai tempat upacara arena olahraga, dan arena bermain.
Jarak antara kelas IX.5 dengan jalan raya yaitu sekitar 12 meter, selain itu terdapat 12 jendela yang berukuran 1 x 0,5 m2 terdapat di samping kiri dan kanan ruang kelas, hal ini dapat menjadi media masuknya suara bising akibat jalan raya yang berdampak terhadap gangguan proses belajar siswa, meskipun sudah ada pohon yang ditanam di depan pagar sekolah yang berfungsi sebagai barrier bising.

B.     Metodologi Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu memberikan gambaran tentang dampak kebisingan jalan raya terhadap gangguan proses belajar siswa kelas IX.5  SMP Negeri 15 Palembang.



2.      Populasi dan Sampel
1.      Populasi Penelitian
Populasi penelitian yang diambil adalah semua siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang Tahun 2009.
2.      Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diambil adalah total populasi,  yaitu  semua siswa yang belajar di kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang tahun 2009 sebanyak 40 orang siswa.

3.      Metode Pengumpulan Data
a.       Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan cara melakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level Meter tipe 2700. dan wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner dikelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang.
b.      Data Sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan literatur yang mendukung dalam penyusunan karya tulis ini dan data dari SMP Negeri 15 Palembang itu sendiri.

4.      Tempat dan Waktu
Tempat pengukuran kebisingan dilakukan di SMP Negeri 15 Palembang, yaitu di kelas. IX.5. Adapun waktu penelitian berlangsung pada tanggal 16-21 Maret 2009.

5.      Kerangka Konsepsional
Variabel Dependen                   Variabel Independen




6.      Definisi Operasional
a.       Tingkat Kebisingan dikelas IX.5 adalah tingkat kebisingan yang di ukur di dalam kelas dengan menggunakan sound level meter.
b.      Proses belajar mengajar siswa kelas IX.5 adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa diruang kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang
c.       Ada gangguan proses belajar mengajar adalah berdampak yang dirasakan siswa akibat kebisingan jalan raya yaitu gangguan dalam proses belajar, seperti adanya gangguan konsentrasi, komunikasi, dan gangguan berdengung ditelinga/kepala.
d.      Tidak ada gangguan proses belajar adalah tidak adanya gangguan berupa gangguan konsentrasi, komunikasi, dan gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala yang dirasakan oleh siswa kelas IX.5 akibat kebisingan jalan raya.

7.      Alat dan Bahan
Nama alat yang digunakan yaitu SLM (Sound Level Meter) dengan tipe 2700.

8.      Tehnik Pengolahan Data
a.       Teknik Pengolahan Data Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan
Data hasil pengukuran tingkat kebisingan kemudian dihitung dengan metode Leq.
Leq = 10 LOG ( 1/120 (Jumlah 10 0,1 NT ))
Keterangan :                                                
Jumlah :  Jumlah sampel pada range
NT       :  Nilai tengah pada range
120      :  Jumlah data dalam satu pengukuran tiap lima detik selama 10  menit
b.      Hasil kuisioner kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dan hasil analisa dilakukan pemecahan masalah.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dampak kebisingan jalan raya terhadap gangguan proses belajar siswa, yang dilakukan pada tanggal 16 maret sampai 21 maret 2009 pada ruang kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang.
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dapat dilihat sebagai berikut :

1.      Gambaran Umum Siswa Kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang Tahun 2009
TABEL 3
DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN UMUR SISWA KELAS IX.5
SMP NEGERI 15 PALEMBANG TAHUN 2009
No.
Umur
Jumlah
Persen (%)
1.
13 tahun
4
10
2.
14 Tahun
30
75
3.
15 Tahun
6
15

Total
40
100 %

Sumber : Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak  10% siswa kelas IX.5 yang berumur 13 tahun, dan 15% siswa berumur 14 tahun, serta 75% siswa yang berumur 15 tahun.



TABEL 4
DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN SISWA KELAS IX.5
SMP NEGERI 15 PALEMBANG TAHUN 2009
Keterangan
Responden
Jumlah
Persen (%)
Laki-Laki
Perempuan
22
18
55
45
Total
40
100%
      
       Sumber : Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari total 40 siswa terdapat  22 siswa (55%) yang berjenis kelamin laki-laki, serta 18 siswa (45%) yang berjenis kelamin perempuan.

  1. Pengukuran Tingkat Kebisingan 
Adapun hasil pengukuran tingkat kebisingan pada kelas IX.5, yang dilakukan selama enam hari mulai dari tanggal 16 maret sampai 21 maret 2009 adalah sebagai berikut :
TABEL 5
HASIL PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN
No
Hari Pengukuran
Hasil Pengukuran
Waktu Pengukuran
NAB
Jumlah Kendaraan Yang melintas
1
2
3
4
5
6
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
58,7  dB A
56,9  dB A
56,3  dB A
56,9  dB A
57,0  dB A
57,2  dB A
09.00-10.00 Wib
55 dB
1186 kend. /15 mnt
1417 kend. /15 mnt
1290 kend. /15 mnt
1397 kend. /15 mnt
1384 kend. /15 mnt
1372 kend. /15 mnt

Rata-rata
57,1 dB A




Sumber : Hasil Pengukuran tingkat kebisingan diruang kelas IX.5 Smp Negeri 15 Palembang

Dari tabel diatas diketahui bahwa tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada hari senin (16 Maret 2009) sebesar 58,7 dB. Sedangkan tingkat kebisingan terendah terjadi pada hari Rabu (18 Maret 2009) sebesar 56,9 dB, dan rata-rata tingkat kebisingan perhari yaitu sebesar 57,1 dB A, dan pengukuran dilakukan pada jam 09.00-10.00 wib, dengan asumsi pada jam-jam tersebut jumlah kendaraan yang melintas sudah mulai stabil.
Berdasarkan jumlah kendaraan yang melintas pada saat dilakukan pengukuran, diketahui jumlah kendaraan yang melintas tertinggi pada hari Selasa yaitu sebesar 1417 kendaran/15 menit, dan hasil tingkat kebisingan  terukur diperoleh sebesar 56,9 dB. Sedangkan jumlah kendaraan yang melintas terendah pada hari Senin sebesar 1186 kendaraan/ 15 menit, serta hasil tingkat kebisingan terukur diperoleh sebesar 58,7 dB.

  1. Pengaruh Kebisingan Jalan Raya Terhadap Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan hasil kuesioner dari 40 siswa, didapat hasil pengaruh kebisingan terhadap proses belajar, yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PENDAPAT BISING/ TIDAKNYA
AKIBAT JALAN RAYA PADA RUANG KELAS IX.5 SMP NEGERI 15
PALEMBANG TAHUN 2009

Keterangan
Responden
Jumlah
Persen (%)
Ya
Tidak
40
0
100
0
Total
40
100%
  
       Sumber : Kuesioner


Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 40 siswa (100%) yang menyatakan ruang kelas IX.5 bising akibat jalan raya.

TABEL 7

DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT TERGANGGU/TIDAKNYA KONSENTRASI BELAJAR AKIBAT KEBISINGAN JALAN RAYA
PADA SISWA KELAS IX.5 SMP NEGERI 15 PALEMBANG
TAHUN 2009
Keterangan
Responden
Jumlah
Persen (%)
Ya
Tidak
26
14
65
35
Total
40
100%

  Sumber : Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 26 siswa (65%) yang mengalami gangguan konsentrasi belajar akibat jalan raya, sedangkan 14 siswa (35%) yang tidak mengalami gangguan konsentrasi akibat kebisingan jalan raya.

TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN TENTANG PERNAH/TIDAKNYA MENGALAMI GANGGUAN BERDENGUNG DITELINGA/KEPALA
PADA SISWA KELAS IX.5SMP NEGERI 15 PALEMBANG
TAHUN 2009

Keterangan
Responden
Jumlah
Persen (%)
Ya
Tidak
8
32
20
80
Jumlah
40
100%

 Sumber : Kuesioner






Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bawa dari 40 siswa, terdapat 8 siswa (20%) yang  mengalami gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala akibat kebisingan jalan raya, sedangkan 32 siswa (80%) yang tidak mengalami  gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala akibat bising jalan raya.

TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN TENTANG GANGGUAN KOMUNIKASI BELAJAR AKIBAT KEBISINGAN JALAN RAYA PADA SISWA KELAS IX.5
SMP NEGERI 15 PALEMBANG
TAHUN 2009
Keterangan
Responden
Jumlah
Persen (%)
Ya
Tidak
28
12
70
30
Jumlah
40
100%
                
                    Sumber : Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bawa dari 40 siswa, terdapat 28 siswa (70%) yang  mengalami gangguan komunikasi akibat kebisingan jalan raya, sedangkan 12 siswa (30%) yang tidak mengalami  gangguan komunikasi dalam belajar akibat kebisingan jalan raya.

B.     Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang, maka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Data Karakteristik Umum Siswa Kelas IX. 5 SMP Negeri 15 Palembang.

Kelas IX.5 SMP Negeri Palembang adalah kelas yang paling dekat dengan jalan raya, berjarak 12 meter dari pinggir jalan, merupakan  salah satu kelas yang digunakan untuk proses belajar siswa.
Dari tabel 3 dilihat bahwa sebanyak  10% siswa kelas IX.5 yang berumur 13 tahun, dan 15% siswa berumur 14 tahun, serta 75% siswa yang berumur 15 tahun. Sedangkandari tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik jenis kelamin yaitu  laki-laki sebanyak 22 siswa (55%) dan perempuan sebanyak  18 siswa (45%).

2.      Pengukuran Tingkat Kebisingan

Tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada hari senin, 16 Maret 2009 sebesar 58,7 dB. Sedangkan tingkat kebisingan terendah terjadi pada hari Rabu, 18 Maret 2009 sebesar 56,9 dB, dan rata-rata tingkat kebisingan perhari yaitu sebesar 57,1 dB. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebisingan rata-rata perhari diruang kelas IX. 5 sudah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan sesuai dengan Permenkes No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987, yaitu minimum sebesar 45 dB, dan maksimum sebesar 55 dB.
Hal ini dikarenakan letak SMP Negeri 15 Palembang terletak di jalur lalu lintas padat kendaraan pada jam-jam tertentu, dikarenakan lokasinya berdekatan dengan sarana umum lainnya, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Universitas, maupun Sekolah-Sekolah lainnya, yang dalam aktivitas menuju sarana-sarana tersebut menggunakan kendaraan baik pribadi maupun kendaraan umum, Selain itu dekatnya jarak sekolah dengan sarana pengatur  lalu lintas yaitu lampu merah, pada saat-saat tertentu mengalami kemacetan hingga di depan SMP, mempunyai potensi bising yang bersumber dari klakson dan mesin kendaraan. Keadaan inilah yang turut menyumbang besarnya potensi bising di kelas IX.5.
Selain itu jarak kelas IX.5 dari tepi jalan raya berjarak sekitar 12 meter. Interpretasinya semakin dekat jarak ruang kelas dengan sumber bising, semakin besar kebisingan yang diterima, sehingga berdampak yang terjadi akan semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa lingkungan sekolah tersebut masih belum memadai, meskipun sudah terdapat barrier berupa tembok maupun pohon, namun kebisingan sampai dikelas masih tinggi,sehingga perlu penambahan barrier (pohon) yang ditanam didepan sekolah guna meredam atau mengurangi kebisingan jalan raya sampai pada pendengaran siswa, pemasangan gorden pada jendela, pemasangan karet atau busa pada pintu yang bertujuan mereduksi atau meredam kebisingan, serta penambahan penghawaan buatan seperti kipas angin atau AC.

Idealnya pengukuran tingkat kebisingan disekolah dilakukan selama aktivitas belajar mengajar berlangsung. Pada penelitian ini pengukuran tingkat kebisingan ruang kelas berlangsung sekitar 10-15 menit pada pukul 09.00-10.00 pagi. Asumsinya, pada jam-jam tersebut keadaan jalan raya sudah mulai stabil (tidak terjadi lonjakan akibat saat berangkat sekolah, maupun kerja dan sebagainya). Sebaliknya setelah jam tersebut sudah mulai terjadi arus pulang dari sekolah maupun aktivitas lainnya. Dengan asumsi tersebut diharapkan rata-rata bising minimal dapat ditentukan. Bising sekolah dapat lebih tinggi dari rata-rata bising yang diperoleh pada saat penelitian ini.
Jumlah kendaraan yang melintas pada sat dilakukan pengukuran berbeda dengan hasil pengukuran tingkat kebisingan. Seperti yang terjadi pada pengukuran yang dilakukan pada hari Senin, 16 Maret 2009, yaitu jumlah kendaraan  yang melintas sebesar 1186 kendaraan/ 15 menitdengan tingkat kebisingan yang terukur sebesar 58,7 dB. Sedangkan jumlah kendaraan yang melintas pada hari Rabu, 18 Maret 2009 sebesar 1290 kendaraan/15 menit. Dengan tingkat kebisingan terukur sebesar 65,3 dB. Ini menunjukkan bahwa variasi jumlah kendaraan yang melintas dengan variasi tingkat kebisingan yang terukur perhari mulai dari Senin sampai hari Sabtu hasilnya tidak sama. Kondisi tersebut diatas dikarenakan kebisingan perhari yang terukur berbeda satu sama lainnya, dimana mobilitas kendaraan yang melintas di jalur tersebut berbeda baik jumlah (kepadatan) maupun kecepatannya. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Hidayati (2005), yang menyatakan bahwa semakin banyak kendaraan yang melintas, semakin besar potensi suara bising yang dihasilkan.

3.      Pengaruh kebisingan jalan raya terhadap proses belajar mengajar siswa kelas IX. 5

Hasi analisa univariat menunjukkan, bahwa tabel 6 menunjukkan sebanyak 40 siswa (100%) yang menyatakan bahwa ruang kelas IX.5 bising akibat jalan raya.
Sedangkan pada tabel 7 dapat dilihat persentase yang mengalami gangguan konsentrasi belajar akibat jalan raya, sebanyak 26 siswa (65%), dan yang tidak mengalami gangguan konsentrasi sebanyak 14 siswa (35%) akibat kebisingan jalan raya.
Ada teori yang menyatakan bahwa bising akan menyebabkan kenaikan kadar dopamin pada korteks prefrontal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi memori (Purnanta : 2005). Asumsinya bising akan menyebabkan siswa mengeluarkan banyak energi untuk memilih dan berkonsentrasi pada salah satu stimulus yang ada untuk diproses lebih lanjut di memori.
Gangguan memori ini akan berberdampak sulit meningkatkan konsentrasi, sehingga beberapa siswa cenderung mengalami gangguan konsentrasi pada saat belajar.
Dalam penelitian Purnanta (2005), pada 4 Sekolah Dasar, mendapatkan 56% sekolah dasar terpajan bising melebihi standar WHO (55 dB), bising tersebut berasal dari jalan raya. Bising yang masuk ke ruangan kelas mengakibatkan murid sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa, terdapat 8 siswa (20%) yang  mengalami gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala akibat kebisingan jalan raya, sedangkan 32 siswa (80%) yang tidak mengalami  gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala akibat bising jalan raya.
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat bawa dari 40 siswa, terdapat 28 siswa (70%) yang  mengalami gangguan komunikasi akibat kebisingan jalan raya, sedangkan 12 siswa (30%) yang tidak mengalami  gangguan komunikasi dalam belajar akibat kebisingan jalan raya. Dibidang THT, bising juga berdampak pada gangguan komunikasi. Menurut Atmoesoewarno (2003) dalam Purnanta (2005), Komunikasi verbal (lisan) merupakan sarana informasi dan komunikasi yang paling efektif. Suara juga dapat digunakan untuk mengungkapkan keadaan emosional manusia, kemampuan intelektual, spritual dan sosial. Sehingga pada proses belajar dibutuhkan suatu informasi yang jelas tanpa dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kebisingan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Berglund (1996) dalam (Wulandari : 2005) yang menyatakan bahwa kebisingan antara 55 – 65 dB, berdampak terhadap gangguan proses belajar antara lain berupa gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi, dan berdengung ditelinga/kepala.





BAB V
PENUTUP



A.    Kesimpulan

1.      Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan yang dilakukan diruang kelas IX.5,. didapat tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada hari senin, 16 Maret 2009 sebesar 58,7 dB. Sedangkan tingkat kebisingan terendah terjadi pada hari Rabu, 18 Maret 2009 sebesar 56,9 dB, dan rata-rata tingkat kebisingan perhari yaitu sebesar 57,1 dB. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di ruang kelas IX.5 sudah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan sesuai dengan Permenkes RI No.718/Men.Kes/ Per/XI/1987, yaitu minimum sebesar 45 dB dan maksimum sebesar 55 dB.
2.      Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada siswa yang dijadikan responden yang menyatakan bising akibat jalan raya di kelas IX.5 sebanyak 100 %.  Dampak terhadap gangguan proses belajar siswa, yang mengalami gangguan konsentrasi belajar sebesar 65 %, dan yang menyatakan tidak mengalami gangguan konsentrasi belajar sebesar 35 %. gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala sebesar 20 %, Sedangkan siswa yang menyatakan tidak mengalami gangguan berdengung ditelinga/kepala sebesar 80 %. serta yang mengalami gangguan komunikasi sebesar 70 %, dan yang tidak mengalami gangguan komunikasi sebesar 20 %, pada siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang. Berdasarkan hasil penelitian ini maka tingkat kebisingan jalan raya berdampak terhadap gangguan proses belajar siswa.

B.     Saran
  1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama dan pengukuran tingkat bising lingkungan sekolah dilakukan sepanjang jam belajar berlangsung.
  2. Bagi pihak Sekolah penulis menyarankan penambahan barrier (pohon) yang ditanam di depan sekolah, pemasangan gorden pada jendela, pemasangan karet atau busa pada pintu dan jendela serta penambahan penghawaan buatan seperti kipas angin dan AC.
  3. Mengingat tingginya resiko pada sekolah yang terpajan bising jalan raya, khususnya  di ruang kelas IX 5 yang dapat mempunyai dampak terhadap gangguan proses belajar siswa, maka bagi pihak pemerintah dalam menentukan lokasi sekolah perlu dipertimbangkan faktor kebisingan lingkungan sekitar.























DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Ditjen PPM & PLP, Jakarta, 1997.
Buchari, Kebisingan Industri dan Program Hearing Conservation Program, (http ://         Library.us.ac.id), 2007

Hidayati, Nurul. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2007.


Koerniawati, Tatiek. Manajemen Proses Belajar Mengajar. Diakses dari (http://lecture. brawijaya. ac. id/tatiek/files/2009/07. pdf, 23 juli 2009)

Mukono, H.J. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Edisi Kedua, Jakarta, 2005.

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyaraka Prinsip-Prinsip Dasar, Edisi Kedua, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

__________, Metodelogi Penelitian, Edisi Kedua, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Purnanta, M, Dkk, Pengaruh bising Terhadap Konsentrasi Belajar Murid Sekolah Dasar, Master Mini Dekade, yogyakarta, 2005. (diakses 12 Januari 2009)

Ricki, M. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta, Cetakan ke empat, Jakarta, 2003.

Whandie, Pengertian Belajar, 2007, di akses dari (Http://Whandi.net, 23 Januari 2009)


Wulandari, ikron. Pengaruh Kebisingan Lalulintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehatan Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Jurnal Kesehatan Vol. II  No. 1 Juni 2007. di akses dari (http://journal.ui.ac.id/?hal=download&q=16htm, 12 Januari 2009).

Wardhana, Wisnu Aryo, Berdampak Pencemaran Lingkungan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2003
KUESIONER  PENELITIAN

DAFTAR PERTANYAAN TENTANG DAMPAK KEBISINGAN JALAN RAYA TERHADAP GANGGUAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS IX. 5  SMP NEGERI 15 PALEMBANG TAHUN 2009

Nama                           :
Umur                           :
Jenis Kelamin             :

Petunjuk Kerja
Jawablah pertanyaan ini dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban yang paling tepat menurut Anda.
1.      Apakah anda merasa bising selama bersekolah disini akibat dari jalan raya ?
Ya   
Tidak
2.      Apakah anda merasa terganggu?
Ya   
Tidak
3.      Apakah Anda merasa konsentrasi belajar menurun akibat dari kebisingan jalan raya ?
Ya   
Tidak
4.      Apakah Anda pernah merasakan sulit mendengar penjelasan guru akibat dari kebisingan?
Ya   
Tidak
5.      Apakah anda sering merasakan gangguan berupa berdengung ditelinga/kepala pada proses belajar mengajar akibat kebisingan jalan raya?
Ya   
Tidak
Lampiran D : Gambar Alat Sound Level Meter dan Lokasi Penelitian


Gambar 1. Halaman Depan SMP Negeri 15 Palembang




Gambar 2. Halaman Depan SMP Negeri 15 Palembang


 


Gambar 3. Halaman Depan SMP Negeri 15 Palembang




Gambar 4. Sound level meter




 



Gambar 5. Siswa Kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang



Gambar 6. Ruang Kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang


 

Lampiran Hasil Tabulasi Persentase Pendapat Siswa Tentang Gangguan Proses Relajar
Siswa Kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang Tahun 2009




              






 



























1 komentar:

  1. Ayo uji tingkat kebisingan dilingkungan anda menggunakan Sound Level Data Logger.
    Data Logger Indonesia merupakan sebuah perusahaan penyedia Data Logger terbaik dan terpercaya di Indonesia.
    http://dataloggerindonesia.com/sound-level-data-logger-alat-penguji-tingkat-kebisingan-lingkungan-anda-71

    BalasHapus