Minggu, 15 Mei 2011

karya tulis rhisa

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia, sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatnya daya saing manusia.
         Menurut H.L. Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan prilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi (Depkes RI, 2002).
            Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang mempunyai banyak faktor yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum (Notoatmodjo. S, 1997).
Menurut DepKes RI (1985) Pengendalian vektor ialah semua usaha yang di lakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan (Nulsane) yang di akibatkan oleh vektor. Pengendalian vektor nyamuk telah banyak dilakukan dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Di samping pestisida dapat membantu manusia dalam mengatasi gangguan hama, ternyata aplikasi pestisida dapat menimbulakan akibat – akibat samping yang merugikan kesehatan manusia yang dapat mengakibatkan gangguan saraf, kanker, gangguan reproduksi dan keracunan (Sudarmo, 2003). Karena itulah dicari jalan pemecahan dengan pestisida yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan keracunan, yaitu menggunakan Jambu Biji Merah ( Psidium Guajava L) yang mempunyai kandungan kimia pinena, humelena, selinena ,dan kadinena. Jambu biji merah ( Psidium Guajava L) selain berguna bagi penderita  demam berdarah ternyata juga ampuh untuk mengusir nyamuk, karena aroma jambu biji merah yang menyengat membuat nyamuk–nyamuk takberani lagi datang baik nyamuk Aedes, Anopheles, Mansonia maupun nyamuk Culex Sp (Http://www.kompas/jambu.biji.usir nyamuk.com).
Nyamuk Culex Sp merupakan salah satu vektor yang sangat penting dalam penularan penyakit. Jenis nyamuk ini merupakan salah satu famili Culicidae yang termasuk ordo diftera, beberapa jenis nyamuk culex Sp dapat bertindak sebagai vektor penyakit filariasis atau elephantiasis atau sering disebut juga kaki gajah, nyamuk ini umumnya banyak ditemukan di comberan dengan air yang keruh dan kotor, yang berada di dekat rumah. Nyamuk culex Sp dapat menimbulkan gangguan kesehatan sehingga perlu diadakan pengendalian dalam bidang kesehatan.
Menurut Kardinan (2000) Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, karena terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh   residu pestisida dan aman untuk di konsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan mengganggap tabu penggunaan pestisada sintesis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar penggunaan tidak hanya tergantung kepada pestisida sintesis. Tujuan lainya adalah agar penggunaan pestisida sintesis dapat di minimal sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkanya pun di harapkan dapat di kurangi. Mengingat pemberantasan cara ilmiah dapat menimbulkan dampak negatif maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “pengaruh halusan biji merah (psidium guajava L) sebagai penolak (Repellent) terhadap nyamuk Culex Sp”.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah:
Apakah Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L) dapat berpengaruh sebagai penolak nyamuk Culex Sp?

C.Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh halusan jambu biji merah (Psidium Guajava L) sebagai penolak (Repellent) nyamuk Culex Sp

2.      Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kadar halusan jambu biji merah (Psidium Guajava L) yang efektif sebagai penolak nyamuk Culex Sp.

D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka perlu dilakukan batasan masalah penelitian
  1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jambu biji merah (Psidium Guajava L) yang matang.
  2. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini nyamuk culex Sp yang dipelihara dari jentik.

E. Manfaat Penelitian
1.      Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang pengendalian dan pengolahan vector penyakit serta dapat di aplikasikan langsung ke lapangan.
2.      Bagi Akademi
Untuk menambah bahan bacaan atau referensi pada perpustakaan yang ada di STIKES Muhammadiyah Palembang.
3.      Bagi Masyarakat
Untuk masukan bagi masyarakat dalam upaya perbaikan sanitasi untuk pengendalian nyamuk dengan menggunakan jambu biji merah sebagai insektisida hayati karena pengendalian secra tradisional tidak mengganggu kesehatan, bahannya mudah diperoleh dan ramah lingkungan.

F. Sistematika Penulisan
            Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ilmiah, mak penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.              

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang mendukung dalam pembahasan mengenai nyamuk, tumbuhan jambu biji merah (psidium guajava L) dan tentang penolak (Repellent).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tetang metodologi yang digunakan dalam penelitian mengenai penelitian populasi dan sampel, langkah penelitian, cara pengumpulan data dan analisis data.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan tentang Nyamuk Culex Sp
1.      Klasifikasi Nyamuk
            Tingkatan takson pada nyamuk Culex Sp dalam klasifikasi adalah sebagai berikut :
Filum                     : Arthropoda
Kelas                     : Insekta
Ordo                      : Diptera
Famili                    : Cullicidae
Genus                    : Culex
Spesies                  : Culex Sp
(Ganda Husada, 1988: 217)
2.      Daur Hidup  Nyamuk Culex Sp
            Menurut ( DepKes RI, 1985 ) Siklus hidup nyamuk, sama dengan serangga-serangga yang lain mengalami tingkatan (stadium) yang berbeda-beda siklus hidup nyamuk terdapat empat stadium yaitu : (a) stadium telur, (b) stadium larva, (c) stadium pupa, (d) stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedangkan ke tiga stadium yang di hidup dan berkembang biak di dalam air.

  1. Stadium telur.
                  Nyamuk akan meletakkan telur di tempat yang berair. Karena air merupakan faktor utama, dimana tidak ada air telur tidak akan tumbuh dan berkembang biak. Jika keadaan tempat sesuai dengan kebutuhan telur maka telur 2-3 hari, tetapi keadaan tidak sesuai dengan kebutuhan maka telur akan lama, telur yang matang akan menjadi pupa. Ciri morfologi telur Culex Sp adalah bentuknya oval dan panjang tetapi kedua ujungnya tumpul dan tanpa pengapung, dia biasanya berkelompok sehingga berbentuk seperti rakit (Hastutiek dan Sasmita, 1992 : 8)
  1. Stadium larva
                        Hal ini memperbesar tumbuhnya dan untuk melengkapi bulu-bulunya, sebelum larva membutuhkan waktu kira-kira satu minggu dimana pertumbuhan dan perkembang biakan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan, misalnya digenangan rawa-rawa. Ciri morfologi larva Culex Sp adalah mempunyai sipon yang runcing dan tumpul lebih dari satu kumpulan rambut (Hatutiek dan Sasmita, 1992 : 8)

  1. Stadium Pupa (Kepompong)
                        Pupa adalah stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Stadium pupa ini tidak memerlukan makanan dan pupa merupakan stadium dalam keadaan Inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah cukup waktunya nyamuk yang keluar dari pupa dapat terbang, meskipun pupa dalam keadaan Inaktif tidak berarti tidak ada proses kehidupan, pupa tetap memerlukan zat-zat asam (O2) zat asam masuk tubuh pupa melalui corong napas. Pada stadium ini berlangsung kira-kira 2 hari (Depkes RI, 1985 : 9)

  1. Stadium Dewasa
                        Dari kepompong akan keluar nyamuk / stadium dewasa. Maka nyamuk jantan kemudian akan mengawini nyamuk betina sebelum nyamuk betina tersebut mencari darah. Nyamuk betina yang akan beristirahat untuk sementara waktu (1-2 hari) kemudian mencari darah. Setelah perut penuh, nyamuk betina akan beristirahat lagi untuk menunggu proses pemasakan dan pertumbuhan telurnya. (Depkes RI, 1985 : 8)
Sumber : (Iskandar, 1983)
Gambar I Siklus Hidup Nyamuk



3.      Ciri Umum Nyamuk Culex Sp Dewasa
            Nyamuk merupakan serangga kecil dan rapuh, berukuran kurang lebih 6 mm, memiliki sepasang sayap, kaki tanpa hubungan gelang-gelang putih dan palpi lebih pendek dari pada probosis. Nyamuk Culex Sp mempunyai jarak terbang antara tempat perindukan dan sumber makanan darah kira-kira 10 ml. Nyamuk tertarik cahaya terang, pakaian berwarna gelap, manusia dan hewan. Daya penarik jarak jauh disebabkan rangsangan bau dari zat-zat yang di keluarkan hewan teristimewa CO2, beberapa asam Amino, dan lokalisasi yang dekat pada suhu hangat dan kelembaban (Hartutiek dan Sasmita, 1992 : 5).
            Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu caput (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut).
  1. Caput (kepala)
                        Pada bagian caput nyamuk agak membulat, memiliki sepasang mata majemuk (compound eyes) serta memiliki probosis berguna untuk menusuk, menghisap cairan madu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, darah manusia dan hewan. (Soedarto, 1991 : 5).

  1. Toraks (dada)
                        Pada bagian toraks selain sayap juga terdapat alat yang berfungsi sebagai keseimbangan pada waktu terbang (halter), sayap nyamuk panjang dan langsing yang bersifat transparan. Pada bagian toraks memiliki 3 pasang kaki panjang dan langsing yaitu sepasang kaki depan, sepasang kaki tengah dan sepasang kaki belakang yang dilengkapi dengan duri dari rambut. (Soedarto, 1991 : 5).

  1. Abdomen (perut)
                        Pada bagian posterior abdomen nyamuk betina mempunyai Caudal Cerci (kelamin luar), yang berukuran kecil. Sedangkan pada nyamuk jantan memiliki organ seksual yang di buat hypogilum. (Soedarto, 1991 : 6).
Gambar 2 Nyamuk Dewasa
4.      Tempat Istirahat
            Tempat istirahat biasanya di dalam atau diluar rumah. Tempat istirahat lain seperti gua-gua, sungai, parit-parit atau semak belukar. Selain itu ada pula tempat istirahat buatan seperti lubang dalam tanah yang sengaja dibuat atau kotak diwarnai gelap yang di tempatkan di tempat-tempat yang biasa didatangi nyamuk. (Depkes RI, 1985 : 12)

B.     Peranan Nyamuk Terhadap Kesehatan Manusia
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, adapun yang menjadi faktor penyebab timbulnya masalah adalah karena semakin berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan lingkungan yang merupakan tempat berkembang biaknya nyamuk penular penyakit tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatnya jumlah kasus-kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk terhadap kesehatan manusia, terbagi menjadi tiga yaitu : malaria, demam berdarah dan filariasis.

1.      Malaria
Malaria adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus plasmadium yang ditandai serangan yang timbul demam secara priodik. Timbulnya demam ini juga tergantung dari jumlah parasit. Serangga malaria yang khas ada tiga yaitu :
a.       Stadium Figoris (menggigil)
b.      Stadium Aeme (puncak demam)
c.       Stadium Suderis (berkeringat banyak)
Cara penularannya melalui gigitan nyamuk anopeles yang telah menggigit orang sakit malaria (Depkes RI, 1992).
2.      Demam Berdarah
Suatu penyakit yang dapat menularkan yang terjadinya demam mendadak demam tinggi secara terus menerus sampai 2 atau 3 hari.
Ada gejala seperti :
a.       Saluran pencernaan (mual dan muntah)
b.      Pendarahan gusi
c.       Mimisan
d.      Nyeri ulu hati
e.       Serta tampak bintik-bintik pada kulit bila sudah parah penderita nampak gelisah tangan dan kaki.
Cara penularan adalah orang yang sakit menularkan penyakit lepada orang yang sehat sehingga terjadi penularan penyakit demam berdarah. Cara nyamuk menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty yang telah menggigit orang yang sakit semam berdarah. Penyakit demam berdarah ini disebabkan oleh “Virus Dengue” (Kepmenkes RI No. 58/Menkes/SK/VII/1992).
3.      Filariasis
Filariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang yaitu wachreria baucr dan grugia maloyi. Perantara ini adalah nyamuk culex, aedes, anopeles, mansonia sebagai infeksi penyakit ini adalah orang yang mengandung mikro filaria di dalam darah menembus dinding perut nyamuk, tinggal di otot-otot torax kemudian berkembang biak menjadi larva yang selanjutnya pindah ke probosis. Pada nyamuk menghisap darah orang, larva ini masuk ke dalam darah tersebut.
Penyakit ini dapat mengakibatkan cacat tubuh (Depkes RI, 1992).
Gejala-gejala yang ditimbulkan
a.       Demam 3 – 4 hari
b.      Timbul nyeri dan benjolan pada ketiak dan lipatan paha dengan tidak ada luka di badan.
c.       Tempat garis seperti urat dengan warna kecokletan dan terasa sakit yang berasal dari arah benjolan ke arah kaki dan tangan
d.      Pada tahap selanjutnya terjadi penyumbatan pembuluh getah bening sehingga timbul pembengkakan pada kaki, tangan, alat kelamin dan payudara yang masih hilang dan akhirnya pembesaran itu akan menetap.           

C.    Tinjauan tentang Jambu Biji Merah (Psidium guajava L)
Jambu biji merah merupakan buah terbaik yang memiliki kriteria sebagai pangan fungsional ketimbang puluhan jenis buah. Selain mempunyai ”kesaktian” sebagai pangan fungsional, jambu biji merah memiliki ke unggulan yang jarang dimiliki buah misalnya, kemudahan dalam bercocok tanam, produktifitas tinggi, dan berbuah sepanjang tahun.
Meskipun tidak berasal dari Indonesia, tanaman buah ini mempu berkembang pesat dan mempunyai kandungan nutrisi lebih baik. Jambu biji merah (Psidium guajava L) berasal dari daerah tropis Amerika latin, kemudian menyebar keseluruh daerah tropis dan subtropis didunia, mulai dari tepi pantai hingga pedalaman pegunungan. Di Indonesia kebanyakan ditanam di pekarangan, jika sudah matang kulit buah berbau harum dan sangat tipis. Biasanya ikut dimakan dan mengandung banyak serat pangan dan antioksidah. Warna kulitnya hijau terang hingga kuning mudah dengan warnah daging putih, kuning merah mudah dan merah. Daging buahnya ada dua jenis, yaitu warnanya putih dan merah menggumpal ditengahnya. (http://www. Manfaat jambu biji.com)




  1. Klasifikasi Ilmiah Jambu Biji Merah (Pidium guajava L) adalah sebagai berikut :
Kingdom                     : Plantae
Divisio                         : Magnoliophyta
Kelas                           : Magnoliopsida
Ordo                            : Myrtales
Familia                        : Myrtaceae
Genus                          : Psidium
Spesies                        : Psidium guajava
Nama Binomial           : Psidium gujava L
( Http : // www. Manfaat Jambu Biji. Com).

  1. Morfologi Tanaman Jambu Biji Merah (Psidium guajava L)
                        Jambu biji sering ditanam di pekarangan karena pohonnya kuat dan rindang, tinggi tanaman berkisar 3-10 m. Batang berkulit halus, mengelupas, dan berwarna coklat, tajuknya yang lebat  berdaun tunggal, letak daun saling berhadapan, bertangkai pendek, berbentuk bulat panjang dengan ujung agak lancip. Bunga jambu biji tumbuh di ketiak daun atau pucuk ranting, bungahnya tubuh tunggal atau berkelopak 2-3 kuntum. Warnanya putih harum, mengandung madu dan benang sari, bentuk buah jambu biji ada bulat dan ada pula yang lonjong mirip buah pir. Buah yang masih muda berwarna hijau tua, lalu berubah menjadi hijau muda sampai kekuning-kuningan menjang matang. (Sarwono, 2005 : 16)

  1. Kandungan Kimia
                        Daun jambu biji merah mengandung senyawa kimia minyak atsiri, triter penoid, leukosianidin, kuersetin, resin, zat samak dan minyak lemak. Sedangkan buah jambu biji merah mengandung pinena, humelena, secinena, hepaena dan kadinena. (http://www.IPTEKnet.com)

  1. Kelebihan Jambu Biji Merah bagi Kesehatan Tubuh
                        Jambu biji merah memiliki berbagai macam kelebihan yaitu lebih banyak mengandung vitamin C yang dianggap sebagai antioksidan untuk menambah daya tahan tubuh, kandungan vitamin C pada jambu biji merah dua kali lebih banyak dari jeruk manis yang disebut-sebut sumber vitamin C terbanyak selain itu, jambu biji merah berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit diantaranya Demam Berdara Dengue (DBD). (Indra, 2008)

  1. Manfaat Jambu Biji merah bagi Kesehatan Tubuh
            Jambu biji merah bermanfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya :
a.       Menurunkan kadar kolestrol darah
b.      Mengobati infeksi
c.       Mengobati sariawan
d.      Memperlancar peredaran darah
e.       Memperlancar saluran pencernaan

D.    Tinjauan Tentang Penolak (Repellent)
            Repellent adalah bahan yang mempunyai kemampuan untuk menolak atau menjauhkan serangga terhadap manusia. Repellent harus mempunyai beberapa syarat yaitu tidak mengganggu pemakainya dan orang yang di sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi dan tidak beracun. Efektif terhadap berbagai macam gangguan serangga dengan nyamuk dan lebih tahan lama. Repellent digunakan dengan cara mengosokkan pada tubuh, prosedur pemakaian repellent pada tangan adalah repellent dapat digunakan pada seluruh kulit (tubuh).
            Pada jaman dahulu pemakaian ekstrak tumbuhan, aneka substansi atau bahan lain, misalnya tumbuhan yang memiliki bau khas diletakkan di sudut rumah, meja, gantungan, lemari makan dan tas untuk menolak serangga. Bahan tersebut misalnya serbuk biji lada yang dapat menolak serangga yaitu kecoa. Penggunaan tersebut secara langsung menuju pada penggunaan dari berbagai tumbuhan yang merupakan penggusir serangga yang efisien dan masih banyak digunakan sampai sekarang.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat Eksperimen atau kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya perlakuan halusan jambu biji merah (Psidium guajava L) sebagai penolak (Repellent) terhadap nyamuk Culex Sp.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Asrama STIKES Muhammadiyah Palembang, penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009.

C.    Persiapan Penelitian
1.      Rancangan Sampel
                        Penelitian ini dilakukan dengan 3 perlakuan dengan berbagai peningkatan dosis dengan 3 ulangan.
a.       Perlakuan 2 (P1)          : 10 gram
b.      Perlakuan 3 (P2)          : 20 gram
c.       Perlakuan 4 (P3)          : 30 gram

2.      Populasi dan Sampel
                        Populasi dalam penelitian ini adalah semua nyamuk dari spesies Culex Sp dewasa yang berada di Asrama STIKES Muhammadiyah Palembang, sedangkan sebagai sampelnya adalah nyamuk Culex Sp yang diambil dari sebagian populasi. Besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 250 nyamuk. Setiap perlakuan 20 ekor nyamuk sedangkan banyak perlakuan 3 kali dan di tambah 1 kali kontrol serta 3 kali ulang.




D.    Metode Pengumpulan Data
            Tahapan pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Data Primer
Data primer yaitu data hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian pengaruh jambu biji merah (Psidium guajava L) sebagai repellent nyamuk Culex Sp.
  1. Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari study perpustakaan yaitu dengan menggunakan referensi yang berhubungan dengan penelitian.

E. Pelaksanaan Pengumpulan Data
            Pelaksanaan pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil penelitian langsung ke lokasi yaitu Asrama STIKES Muhammadiyah Palembang.
1.      Alat dan bahan :
Alat :
-          Kotak Uji ( Kotak kaca )                                -  Thermo Hygrometer                       
-          Timbangan                                                      -  Alat tulis                 
-          Kaca Pembesar (Luv)                                      -  Aspirator                                         
-          Saringan                                                          -  Pisau
-          Baskom                                                           -  Tumbukan
Bahan :
-          Halusan jambu biji merah
-          Nyamuk Culex Sp dewasa
-          Air

  1. Persiapan Penelitian
a.       Seminggu sebelum penelitian menyiapkan jentik sebanyak 250 ekor yang kemudian dibiakkan menjadi nyamuk dan diambil 20 ekor.
b.      Menyiapkan kotak uji dengan ukuran 30 X 30 X 30 Cm
c.       Menyiapkan timbangan
d.      Persiapan jambu biji merah
Jambu biji merah dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai halus, lalu masukkan ke dalam mangkok, setelah itu ditimbang sesuai dengan perlakuan yaitu 10 gram, 20 garam, 30 gram, dengan pertambahan 3 ml air pada masing-masing percobaan.

  1. Pelaksanaan Penelitian
a.       Nyamuk Culex Sp dimasukkan kedalam kotak percobaan sebanyak 20 ekor nyamuk.
b.      Kemudian tangan diolesi dengan halusan jambu biji merah.
c.       Umpan tangan dimasukkan kedalam kotak percobaan selama 30 menit yang dilakukan pada malam hari
d.      Hitung jumlah nyamuk yang tertolak selama percobaan suhu dan kelembaban di ukur.

F.   Kerangka Konsepsional


 











            Untuk memudahkan pengertian dalam penulisan ini, maka dari variabel tersebut adalah :
  1. Variabel Bebas
Yaitu variabel yang dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah halusan jambu biji merah.
  1. Variabel Terikat
Yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain, variabel dalam penelitian ini adalah jumlah nyamuk yang ditolak.
  1. Variabel Pengganggu
Yaitu variabel yang dapat di mempengaruhi keadaan objek yang akan diteliti. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban, lama waktu pengamatan, ukuran jenis kotak percobaan.

G.    Definisi Operasional
            Untuk menyamakan pengertian dan pembahasan terhadap permasalahan maka penelitian ini di batasi oleh definisi operasional sebagai berikut :
  1. Halusan jambu biji merah adalah jambu biji yang diambil Di Jalan Masjid Taqwa Srikembang OI yang sudah ditumbuk sampai halus dan digunakan untuk penelitian.
  2. Berbagai dosis ada Variasi dosis halusan jambu biji merah yang digunakan dalam penelitian yaitu 10 gram, 20 gram, dan 30 gram.
  3. Jumlah nyamuk yang tertolak adalah berapa banyaknya jumlah nyamuk yang tidak berpengaruh Halusan Jambu Biji Merah (Psidium guajava L)
  4. Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan ( derajat ) panas suatu zat, dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atu dinginnya suatu benda.
  5. Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara.
  6. Lama waktu pengamatan selama 30 menit yang dilakukan pada malam hari
  7. Kotak uji adalah kotak yang terbuat dari kotak kaca dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm di mana salah satu bagian sisinya terdapat lobang untuk memasukkan umpan tangan.

H.    Analisa Data
            Analisa menggunakan analisa keragaman uji beda nyata (Anova) dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dwngan F tabel (5% dan 1). Jika F hitung > dari F tabel berarti perlakuan tersebut berpengaruh nyata.(Hanafiah, 1993).

Langkah-langkah perhitungan.
  1. Derajat bebas perlakuan (DBP)  =  P – I
Derajat bebas galat (DBG)    =   P  ( r – I )
Derajat bebas total  (DBT)    =  ( p.r ) – I

  1. Faktor Koreksi
 FK  =
  1. Jumlah Kuadrat
Jumlah kuadrat total (JKT)
JKT  =  P1²  +  P2²   +  P3²   + ..........n²
            Jumlah kuadrat perlakuan (JKP)
JKP  =   -  FK
Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG   =    JKT  -  JKP
  1. Kuadrat Tengah
Kuadrat tengah perlakuan (KTP)
KTP    =
Kuadrat Tengah Galat  
KTG   =
  1. F. Hitung    =

TABEL 1
Daftar Analisi Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
DB
JK
KT
F. Hitung
Perlakuan
P  -  1
JKP
JKP / DBP

Galat
P  ( r  - 1 )
JKG
JKG / DBG

Total
( p . r )  - 1
JKT




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 10 April tahun 2009 di peroleh hasil sebagai berikut : 
      1. Suhu Udara Dan Kelembaban.
 Pada Penelitian ini didapatkan  perlakuan kontrol sampai perlakuan 3 rata – rata suhu udaranya sama yaitu : 29 oc data rata – rata kelembaban nya adalah 69 %.
  1. Jumlah nyamuk yang tertolak menggunakan halusan jambu biji merah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Jumlah Nyamuk Yang Tertolak
Menggunakan Halusan Jambu Biji Merah
 
       Pengulangan

Perlakuan
Jumlah Nyamuk Yang Tertolak
Jumlah
Rata - rata
I
II
III
             

Po (Kontrol)
P1 (5 gr)
P2 (10gr)
P3 (15gr)
2
11
16
19
2
10
16
19
2
12
17
20
6
33
49
58
2
11
16
19
Jumlah
48
47
51
146
48









                  Dari tabel di atas menunjukkan jumlah rata-rata nyamuk yang tertolak berturut-turut adalah P0 2 , P1 11, P2 16 dan P3 19. Dari data yang ada di atas terjadi peningkatan jumlah nyamuk yang tertolak seiring dengan meningkatnya berat halusan jambu biji merah yang diberikan yaitu 5 gram, 10 gram, dan 15 gram untuk lebih jelas dapat dilihat pada histogram berikut ini:









Perlakuan
 
 








Gambar : Rata – rata jumlah nyamuk yang tertolak oleh halusan jambu biji merah.

Untuk melihat adanya perlakuan alusan jambu biji merah terhadap penolakan nyamuk, digunakan analisis varians. Analisis varians ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengarh halusan jambu biji merah sebagai penolakan nyamuk. Tabel analisa varians pengaruh perlakuan terhadap penolakan nyamuk dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 3
Daftar Hasil Perhitungan Analisis Varians
Sumber keragaman
Derajat bebas (DB)
Jumlah kuadrat (JK)
Kuadrat tengah (KT)
F Hitung
F tabel
5 %
  
1%
Perlakuan (P)
Galat (G)
Total (T)
3
8
11
520,33
3,34
523,67
173,44
0,41
423,02
4,07
7,59
                           
               Dari hasil analisis varians ternyata F hitung lebih  besar dari F tabel, perlakuan menghasilkan pengaruh yang sangat nyata terhadap penolakan nyamuk. Selanjutnya Koefisien keragaman (KK) yang dapat adalah 0,01 %, jika KK maksimal 5 %, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% adalah 1,860 dan taraf 1 % adalah 2,896.

                                                                        Tabel 4
Uji Beda  Nyata Jujur Terhadap Penolakan Nyamuk
Perlakuan
Rata-rata
P0
P1
P2
P3
P3
19
17**
8**
3**
-
P2
16
14**
5**
-

P1
11
9**
-


P0
2
-



                                                                                                BNJ 0,05 = 1, 860
                                                                                                BNJ 0,01 = 2, 896
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata
                        * = beda nyata
                        ns = tak berbeda nyata
            Pada tabel 5 ternyata penolakan nyamuk pada perlakuan P3, P2. P1 dan P0 masing-masing berbeda sangat nyata.

B.     Pembahasan
1.      Suhu Udara, dan Kelembaban Ruangan
Dari tabel 2 dapat diketahui rata-rata  suhu udara ruangan selama penelitian adalah 290C. Suhu tersebut menunjukkan suhu yang optimal untuk kehidupan nyamuk Culex sp hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (1984) yang menyatakan suhu lingkungan yang disukai nyamuk berkisar antara 270C – 300C. Bila dibandingkan dengan keadaan suhu pada pelaksanaan penelitian maka suhu tersebut masih dalam perkiraan suhu normal nyamuk Culex sp. Sehingga suhu tidak berpengaruh terhadap kehidupan nyamuk selama penelitian, karena suhu yang ada masih sesuai dengan suhu yang aktif.
            Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata selama penelitian kelembaban ruangan penelitian, adalah 69% kelembaban  tersebut merupakan kelembaban yang optimal bagi perkembangan nyamuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI, (1984) yang menyatakan kelembaban yang disukai nyamuk berkisar antara 60% – 71% maka kelembaban tidak berpengaruh bagi kehidupan nyamuk Culex sp. Karena memenuhi standar yang disukai nyamuk.
2.      Pengaruh halusan jambu biji merah terhadap jumlah nyamuk yang tertolak
            Diduga jambu biji merah mengandung zat repellent untuk menolak kehadiran nyamuk. Dimana jambu biji merah mengandung piena, humelena, secinena, hepaena, kardinena, rasa dan aroma yang  khas karena adanya senyawa Eugenol (minyak Atsin) jambu biji merah (Psidium guajava L) selain berguna bagi penderita demam berdarah ternyata juga ampuh untuk mengusir nyamuk, karena aroma jambu biji merah yang menyengat membuat nyamuk-nyamuk tak berani lagi datang dan terbebas dari nyamuk.
            Menurut pendapat Sarwono (2005:16) jambu biji merah sering ditanam di perkarangan karena pohonnya kuat dan rindang, tinggi tanaman berkisar 3 – 10 m, batang berkulit halus, mengelupas dan berwarna coklat, tajuknya yang lebat berdaun tunggal, letak daun saling berhadapan, bertangkai pendek, berbentuk bulat panjang dengan ujung agak lancip.bunga jambu biji tumbuh di ketiak daun atau puluk ranting, bunganya tubuh tunggal atau berkelopak 2 – 3 kuntum. Warnyanya putih harum, mengandung madu dan benang sari, bentuk buah biji dan bulat dan ada pula yang lonjong mirip buah pir buah yang masih muda berwarna  hijau tua, lalu berubah menjadi hijau muda sampai kekuning-kuningan menjang matang.           
3.   Analisis Varians
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa halusan jambu biji merah pada umpan tangan cenderung meningkat kehadiran jumlah nyamuk tidak menempel. Pengaruh halusan jambu biji merah terhadap penolakan nyamuk diperjelas lagi pada gambar 3 yang tertolak. Po (kontrol) rata-rata nyamuk yang tertolak 2, P1 rata-rata nyamuk yang tertolak 11, P2 rata-rata nyamuk yang tertolak 16, P3 rata-rata nyamuk yang tertolak 19. Dari analisa varians menunjukkan nilai F hitung > F tabel pada taraf 5%. Hal ini berarti pemberian halusan jambu biji merah pada umpan tangan berpengaruh nyata terhadap jumlah nyamuk Culex sp yang tertolak.Dari hasil uji beda Jujur (BNJ) ternyata perlakuan P0, PI, P2, dan P3 berbeda sangat nyata terhadap jumlah nyamuk Culex sp yang tertolak. 
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Halusan jambu biji merah (Psidium guajava L) mempunyai pengaruh sebagai penolak         (Repellent) nyamuk Culex sp.
2.        Kadar halusan jambu biji merah (Psidium guajava L) yang paling efektif sebagai penolak (Repellent) Nyamuk Culex sp adalah dengan dosis 15 gram.

B.     Saran
1.      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh halusan jambu biji merah                   (Psidium guajava L) sebagai penolak nyamuk dari jenis spesies nyamuk yang lainnya.
2.      Hendaknya masyarakat dapat memanfaatkan halusan jambu biji merah  (Psidium guajava L) sebagai penolak nyamuk (Repellent)







                                               LAMPIRAN  I

                  Berdasarkan tabel 3 data hasil percobaan maka dapat dilakukan perhitungan dengan rumus pada tabel 1 yaitu sebagai berikut :

1.      Derajat Bebas (DB)
a.       Derajat Bebas Perlakuan (DBP)         = (t -1) = (4 – 1) = 3
b.      Derajat Bebas Galat (DBG)                = t(r – 1) = 4 (3 – 1) = 8
c.       Derajat Bebas Total (DBT)                 = (tr – 1) = (4.3 – 1) = 11

2.      Analisis Jumlah Kuadrat
a.       Faktor Koreksi (FK)               =

b.      Jumla Kuadrat Total (JKP)                 =

c.       Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)     
 
d.      Jumlah Kuadrat Galat (JKG)             = JKT – JKP
= 523,67 – 520,33
=3,34

3.      Analisa Kuadrat Tengah
a.       Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)      = JKP/DBP =
b.      Kuadrat Tengah Galat (KTG)            = JKG/DBG =
4.      Kuadrat Tengah F Hitung Dengan Koefisien Keragaman
a.       F hitung                                            = KTP/KTG =
b.  Koefisien keragaman ( KK )       =
   
                       
                      5. Uji BNJ (Beda Nyata Jujur)
                         Dimana : KTG = 0,41
                                   r             = 3
                                DBG         = 8
                                BNJ 5 %   = 0,05 (DBG)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar